ads

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Laba Bank NTT Menurun? [Sebuah Catatan Kritis Perbandingan Laba April 2020 Dan 2023]

  • Bagikan

Bila pada bulan April  tahun 2020 jumlah pinjaman yang sedang di nikmati debitur adalah sebesar Rp 10 triliun lebih, lalu pada bulan April tahun 2023 jumlah kredit  bertambah menjadi Rp 11 triliun lebih, maka mestinya perolehan laba tahun 2023 lebih besar dari tahun 2020 atau setidak-tidaknya sama besar labanya. Sebab antara laba dan jumlah ekspansi kredit merupakan dua variebel yang hubungannya atau korelasinya  selalu berbanding lurus, yang artinya  semakin tinggi jumlah ekspansi kredit maka semakin tinggi pula jumlah laba yang di peroleh.

Namun yang terjadi saat ini , hubungan atau korelasi kredit dan laba berbanding terbalik, dimana semakin tinggi ekspansi kredit malah pertumbuhan laba semakin rendah. Berikut ilustrasi tabel pertumbuhan kredit selama bulan April 2020 hingga bulan April tahun 2023.

Beberapa hipotesis / dugaan yang melatari terjadinya hal ini adalah sebagai berikut :

  1. Pengeluaran biaya yang besar. Biaya itu di antaranya adalah over head cost. Diantarnya adalah biaya gaji karyawan, biaya dana pihak ketiga (tabungan, deposito, giro), biaya promosi, biaya pajak, biaya operasional lainnya dan lain-lainnya. Tentunya perbandingan antara pendapatan dan biaya pada tahun 2020 lebih efisien di bandingkan pada tahun 2023.
  2. Hipotesis berikut adalah tingginya biaya Cadangan kredit yakni biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai atau biasa di singakt CKPN. Semakin buruk kualitas kredit yang diindikasikan dengan rasio NPL (Non Performing Loan) maka semakin tinggi kewajiban membentuk cadangan. Pembentukan cadangan masuk dalam komponen biaya bank. Menjadi jelas kini bila semakin tinggi pertumbuhan kredit bermasalah atau semakin banyak tunggakan kredit maka semakin banyak kewajiban bank membentuk biaya dalam bentuk biaya CKPN. Inilah salah satu sebab pendapatan bank tergerus.
Baca Juga :  Kenangan Niti Susanto Dan Toko Piet

Apapun jawaban dari hipotesis di atas, yang jelas sudah terjadi saat ini adalah trend pertumbuhan laba dari bulan April tahun 2020 hingga bulan April tahun 2023 sudah terjadi penurunan. Laba dari bulan April tahun 2020 hingga April 2023 sudah semakin menipis.   Grafik berikut bisa kiranya memberikan ilustrasi yang lebih mudah buat kita pahami.

Baca Juga :  Ahmad Azis Ismail Sebut Ngawur Bagi Pihak Yang Ragukan Status Izhak Eduard Rihi

Pembaca mungkin punya hipotesis lain. Validitas hipotesis itu akan teruji lewat sintesa data yang lebih detail dalam rangka meningkatkan kembali kinerja laba  bank NTT. Kontribusi pemikiran kita tentu akan memberikan implikasi baik bagi peningkatan kinerja bank NTT yang kita cintai.*****

Penulis : Eddy Ngganggus, Pemerhati Masalah Bank di NTT

  • Bagikan