ads

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Ketika Bambu “Disulap” Jadi Birama Yang Harmonis

  • Bagikan

“ Suling bambu sekarang sudah tidak ada lagi dalam mata pelajaran sekolah. Bahkan untuk acara pernikahan orang lebih memilih musik moderen. Ini yang coba kami angkat lagi, agar seni tradisional ini tetap terjaga,” jelas Maukoli, penabuh drum dalam Grup Tamafayang.

Dirinya meminta agar Pemerintah Kabupaten Alor, melalui Dinas Pariwisata, kembali mengangkat potensi suling tradisional Alor, untuk dimasukan dalam destinasi wisata, yang dapat dipromosikan kepada dunia luar. Sebab di NTT selain Alor, hanya Kabupaten Belu dan Malaka yang memiliki seni musik seperti ini.

“ Saya harap pemerintah mampu angkat kembali suling bambu sebagai destinasi wisata. Sebab kalau didiamkan, satu atau dua tahun lagi tentu tidak ada lagi yang mau mainkan musik ini,” pintanya.

Baca Juga :  Ev Williams wants Medium to be the next big thing — after he redefines 'big'

Suling tradisional Alor, dimainkan tidak segampang permainan suling pada umumnya. Dalam satu grup yang terdiri dari 16 orang, para pemain memiliki peran sendiri. Masing-masing nada yakni Sopran, Alto, Tenor dimainkan oleh emapt orang. Untuk bass dimainkan tiga orang dan satu orang bertugas memainkan drum dan bertindak sebagai pimpinan. (fatur)

  • Bagikan