ads

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Senyum Politik Seorang Ray Atas Sebuah Rekomendasi

  • Bagikan

Sambil menepuk belakang saya, yang kebetulan saya duduk disampingnya, dia kembali tersenyum. Namun senyum kali ini agak sedikit dikulum, dengan tatapan serius ke arah saya dia kemudian menjawab. “ Rekomendasi yang dikeluarkan DPD PDIP NTT terkait pencalonan, itu sudah dilakukan dengan pertimbangan politis oleh DPD. Soal ada nama ibu Lucia, tidak menjadi masalah. Sebab keputusan ada di DPP. Dasar keputusan di DPP tentu sangat rasional dengan melihat hasil survei. Bagi saya semakin banyak nama calon yang diusulan, akan semakin bagus untuk partai ini. Sebab DPP juga akan semakin ketat dalam melakukan putusan terkait penetapan siapa calon yang layak dan pantas untuk maju dalam pertarungan ini. Dan perlu di catat, saya adalah satu dari sekian calon di PDIP yang memiliki hasil survei teratas dari calon lain,” jelasnya dengan sedikit menahan tawa.

Menu pesanan kami akhirnya datang. Sekali lagi saya takjub dengan sosok ini. Tanpa beban dan angkuh, dia lalu membagikan piring ke hadapan kami. Namun dalam suasana santap siang itu, saya terus berpikir dalam hati. Bagaimana bisa dia begitu tenang hadapi situasi seperti saat ini?.

Pasalnya, selain elit PDIP yang dihadapi dalam manuver ini, dia juga harus siapkan strategi ekstra untuk hadapi Lucia Adinda Leburaya, istri Gubernur NTT, Frans Leburaya, yang namanya masuk dalam surat rekomendasi DDP PDIP NTT, kendati namanya tidak diusulkan dalam forum Konferda PDIP NTT.

Baca Juga :  Harmoni Akan Perhatikan Honor Guru Komite

Santap siang kami pun selesai. Sambil menikmati es teh manis, dia kemudian menjelaskan soal dinamika tersebut. Menurut Fernandez, masuknya nama Lucia Adinda Leburaya, tentu atas pertimbangan politik dalam membaca peta koalisi Pilgub NTT. Dikotomi soal politik identitas (Flores – Timor, Kristen Protestan – Katolik), menjadi salah satu pertimbangan usulan tersebut. Namun demikian tandasnya, sebagai partai yang berbasis ideologi kuat, PDIP tentu akan melihat dari sisi loyalitas siapa dan bagaimana seorang kader diperjuangakan.

“ Saya bisa sampai seperti ini tentu bukan sulap. Selain loyalitas saya yang teruji di partai, saya juga kader yang secara idiologi telah dibentuk oleh PDI Perjuangan. Dan semua kader PDI Perjuangan di NTT dan Indonesia tahu akan hal itu. Tapi karena politik itu dinamis seperti yang saya bilang, maka ego sentris kita harus ditinggalkan. Kepentingan partai dan kemenangan dalam hajatan ini penting,” ungkapnya.

Baca Juga :  Air Mata Haru BKH Untuk Warga Mautapaga

Menarik untuk dianalisa pendapat soal politik identitas ini. Sebab peta koalisi partai Pilgub NTT samar-samar sudah terbentuk. Ada Eston Foenay – Cris Rotok yang diusung oleh koalisi Gerindra, PAN, Perindo, dan PKS. Kemudian ada Jacky Ully – Melki Laka Lena yang diduetkan oleh Partai Nasdem dan Golkar. Polanya sama. Ada unsur Flores – Timor dan katolik Protestan.

Kendaraan politik yang ada hanya menyisakan PDI Perjuangan, Hanura, PKB, PKS, PPP, PKPI dan Demokrat. Kendaraan politik ini masih tarik ulur soal siapa pasangan yang pas untuk diduetkan dalam koalisi nanti. Bahkan tarik ulur ini akan semakin kuat, sebab beberapa politikus wahid NTT ada dalam partai ini. Sebut saja Beny Harman dari Demokrat, Iban Medah yang dikampanyekan melalui Hanura, Marianus Sae dari PKB dan Raymundus Fernandez sendiri dari PDI Perjuangan, bersama dengan colenganya Kristo Blasin.

Baca Juga :  Paket Viktory Pertanyakan Kebijakan Verifikai Faktual Khusus KPU Kota Kupang

PDI Perjuangan bukan partai kemarin sore. Sebelum menjadi PDI Perjuangan, partai ini memiliki rekam jejak sebagai partai oposisi pada rezim pemerintahan Soeharto dulu. Dalam konteks Pilgub NTT, PDI Perjuangan akan memegang kendali untuk putuskan siapa yang diusung dengan strategi koalisi yang ada. Salah tentukan figur, dipastikan PDI Perjuangan akan kalah sebelum bertanding atau menjadi penonton dalam Pilgub NTT nanti. Tapi kalau PDIP tepat menentukan figur yang bisa membangun koalisi dengan baik, maka akan ada partai yang korban dan harus rela menjadi penonton. Entah itu PKB, Hanura atau Demokrat.

PDI Perjuangan harus bisa fair dan melihat kondisi objektif dari setiap kadernya. Bahwa semua kader berjuang untuk mendapat restu dari DPP adalah mutlak. Tapi melihat secara riil bahwa hasil survei adalah patokan dan pijakan mengambil keputusan adalah final. Dan saat ini, hanya Raymundus Fernandez yang memenuhi itu. Bahwa ada rekomendasi, itu merupakan usulan yang belum bisa menjadi keputusan. Sambil menunggu keputusan, tentu dinamika akan berjalan terus. ++Jeffry Taolin++

  • Bagikan