ads

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Masyarakat Ende Harus Bangga Dengan Pancasila

  • Bagikan

Pelaksanaan peringatan Hari Lahir Pancasila di Kabupaten Ende yang dipusatkan di Lapangan Pancasila Ende diikuti oleh Anggota TNI dan Polri juga ASN serta mahasiswa dan pelajar di Kota Ende. Semua peserta upacara mengenakan pakain adat dari berbagai daerah di Indonesia.
Peringatan Hari lahirnya Pancasila di Lapangan Pancasila, Ende, Jumat (1/6/2019) sangat meriah dengan adanya penampilan anggota paduan suara dari SMAK St Petrus Ende yang selain membawakan lagu wajib Indonesia Raya pada saat apel bendera juga membawakan lagu-lagu daerah termasuk Lagu Pancasila yang dibawakan dalam Bahasa Daerah Ende.
Penampilan yang memukau itu mendapatkan aplus dari para undangan dan peserta apel termasuk Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat yang bersama Plt Bupati Ende, Drs Djafar Achmad dan Ketua DPRD Provinsi NTT, Anwar Pua Geno mendatangi anggota paduan suara untuk berfoto bersama.

Baca Juga :  Presiden Jokowi Sapa Talenta-Talenta Muda di Istana

Seperti diketahui di Kota Ende inilah, Presiden Soekarno yang diasingkan sebagai tahanan politik antara 1934-1938, menemukan perekat bangsa. Dibawah pohon Sukun yang berada dalam rumah pengasingan di Jalan Perwira, pusat kota Ende ini Ir Sukarno merenung dan menemukan nilai –nila dasar Pancasila.
Di kota Ende inilah Ir Sukarno menemukan makna ketuhanan bagi bangsa, kemanusiaan, persatuan Indonesia, kerakyatan, hikmat kebijaksanaan, musyawarah, dan keadilan sosial
Untuk sekedar diketahui sebelum Ir Sukarno datang, Ende adalah ibukota Afdeelingen Flores sekaligus ibu kota Onderafdeelingen Ende. Pluralitas agama, budaya, suku bangsa, sudah ada di Ende. Kemajemukan ini ditambah dengan warna kota Ende sebagai kota perdagangan.

Ketika itu juga di Ende sudah ada pusat misi katolik di Ndona, beberapa sekolah Katolik, Percetakan Arnoldus, Toko Buku Nusa Indah, Biara Santo Yosef, Gereja Katedral, beberapa masjid dan mushola. Pemerintahan Kota Ende sebagai ibu kota Flores serta segenap aktivitas masyarakatnya, saat itu cukup tenang dan kondusif bagi Bung Karno menjalani masa pembuangannya.
Bila berbicara tentang Ir Sukarno, Ende juga tidak bisa dilepas pisahkan begitu saja. Karena di Ende inilah yang telah “menghidupkan” sang Proklamator selama kurang lebih empat tahun ketika sang orator berkharisma tinggi ini dibuang ke Ende oleh kaum Kolonial tepatnya tahun 1934 hingga 1938.
Berbagai kisah menun…

  • Bagikan