ads

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Topik : 

“Penggenggam Bara Api” Itu Bernama Simon Nahak

  • Bagikan

KUPANG,flobamorata.com- Ada peribahasa mengatakan “Genggamlah Bara Api Biar Sampai Jadi Arang”. Sederhana tapi penuh spirit dalam makna. Peribahasa ini menggambarkan sifat sabar dan setia sesorang dalam menekuni sebuah pekerjaan. Apabila anda setia dalam sebuah usaha maupun pekerjaan, tentu akan mendatangkan hasil yang baik dan maksimal.

Namun kalau kita balikan makna tersebut, bisa disimpulkan bahwa hanya orang yang tidak setia dan sabar akan hangus dan terbakar dalam “Menggenggam Bara Api”. Artinya hanya orang yang tidak setia, tidak serius dan sabar serta pemberontak yang akan menjadi pecundang di ujung proses. Hal ini lumrah dan lazim dalam proses perjalanan hidup.

Kabupaten Malaka, Provinsi NTT, yang kerap disebut sebagai “Negeri Surga Di Ujung Matahari Terbit”, sepekan ini menjadi pembicaraan hangat di jejaring percakapan media sosial. Group WhatsApp dan facebook ramai dengan postingan link berita terkait kinerja Bupati Malaka, DR. Simon Nahak, S.H,M.H dan Wakil Bupati Malaka, Louise Lucky Taolin, S.Sos.

Banyak ragam, gaya serta model narasi yang dikemas dalam berita menjadi sajian menarik para pembaca. Mulai dari strike news, ficer hingga indepth news menjadi aneka sajian informasi yang kerap memenuhi notif percapakan di group sosial. Ada metode cover both side yang menjadi sajian menarik untuk disimak. Namun ada juga gaya framing narasi, bombastis di judul denga isi yang biasa pula.

Bagi para jurnalis yang menulis dengan menggunakan kaidah yang baik serta benar, tentu mereka masuk dalam karegori kelompok yang “Genggam Bara Api Hingga Menjadi Arang”. Sebab kelompok tersebut selalu sabar dan setia pada kerja yang ditekuni dengan terus berbenah diri menjadi semakin baik saban harinya.

Namun bagi para kelompok framing, bombastis dijudul bahkan terpaksa menulis hanya untuk memenuhi deadline redaksi tanpa memperhatikan aspek standar penulisan, mungkin mereka sudah jenuh dan malas untuk setia pada panggilan. Mungkin pula mereka sudah tidak mampu menahan “panas bara api dalam genggaman mereka”. Hasil produk tulisan kelompok ini kerap menjadi bahan diskusi para pembaca. Ada kritik dan masukan yang diberikan untuk berbenah, walau terkesan penuh jenaka dan olok-olok. Tujuan penting adalah untuk memberikan masukan yang baik guna berbenah.

Baca Juga :  PAUD Harus Dididik Dengan Baik

Namun bagi Bupati Malaka, DR. Simon Nahak, S.H, M.H yang kerap menjadi sumber pemberitaan di berbagai media selalu sabar dan setia menghadapi berbagai opini yang dilayangkan pada dirinya. Bagi sosok “Sang Petarung”, sebutan lain Bupati Simon Nahak, dirinya terbuka untuk dikritik. Bahkan dirinya juga selalu menjadi sosok yang selalu fair dalam menyampaikan informasi publik secara lugas dan jujur.

Dirinya akan merasa tidak nyaman apabila kritik yang disampaikan tanpa didukung dengan data. Dirinya akan menjadi antipati apabila kritik yang disampaikan tanpa fakta oleh para “Penumpang Gelap”, yang sekedar numpang tenar dan pansos. Kalau soal sikap tidak nyaman dan antipati Bupati Simon Nahak akan hal ini, semua kita pasti sepakat dengan sikap tersebut.

Sejak dilantik pada April 2021 silam, siapa bilang Bupati Malaka tidak bekerja maksimal?. SAKTI sebagai program unggulan mulai bergeliat diurus oleh Bupati Simon Nahak. Mulai dari program swasembada pangan hingga Infrastruktur terus dimasifkan dengan terjemahan yang baik serta peningkatan etos kerja yang mumpuni dari seluruh staf.

Hasil tidak menghianati proses. Demikian pula sikap sabar dan setia Bupati Simon Nahak dalam “Menggenggam Bara Api Hingga Menjadi Arang” menunjukan hasil yang baik pula. Mulai dari Swasembada Pangan, Adat Istiadat, Kualitas, Tata Kelola hingga Infrastruktur sebagai akronim dari Program SAKTI terus digenjot untuk dapatkan hasil terbaik.

Tidak ada istilah Quo vadis dan Vaya Con Dios dalam setiap proses yang dilalui Bupati Simon Nahak. Bagi suami drg. Maria Martina Nahak, M.Biomed ini, jiwa dan raganya hanya untuk membangun Renu Rai Malaka. Bagi Bupati Simon Nahak, dirinya sosok realistis dan fair tanpa harus berkiblat pada Utopia.

Sandang dan Pangan Bersama “Nona Malaka”

Baca Juga :  Imigrasi Atambua Bentuk Timpora

Dalam program Sandang dan Pangan menunjukan tranding positif. Branding “Beras Nona Malaka” akhirnya resmi dipatenkan oleh Bupati Simon Nahak sebagai hak Rakyat Malaka. Bahkan 13 Desember 2022 lalu, Beras Nona Malaka resmi dilaunching.

Usai dilaunching di Rumah Produksi Desa Kamanasa, Kecamatan Malaka Tengah, ada senyum bahagia terukir dari raut wajah Bupati Simon Nahak. Dirinya lantas tidak merasa berbesar hati. Satu demi satu capaian-capaian sesuai visi dan misi dari Bupati Simon Nahak membuat dirnya bangga dan terus termotivasi untuk bekerja lebih giat bagi renu Rai Malaka.

Bagi kaum apatis, tentu hal ini dianggap biasa. Tetapi bagi Bupati Simon Nahak, Brand Beras Nona Malaka menjadi salah satu bukti otentik dan tak tergantikan, bahwa ini adalah milik rakyat Malaka. Dirinya berucap, kemudian berjanji dalam kampanye Pilkada Malaka 2020, akhirnya direalisasi secara nyata. Itulah pemimpin, setiap ucapannya adalah garansi bagi pencapaian cita pengabdian. Bupati Simon Nahak adalah sosok pemimpin yang berada dalam track tersebut.

Bukan hanya itu, bahkan beberapa Rice Milling Unit (RMC) sebagai insfrastruktur pendukung juga sudah tersedia di beberapa tempat. Selain infrastruktur, dirinya memberikan tauladan nyata lewat program masuk kebun dalam menunjang Malaka menuju Swasembada Pangan.

Rangsangan program terus diberikan kepada rakyat. Berdasarkan data yang didapat dari Dinas Pertanian Kabupaten Malaka, untuk Tahun Anggaran 2023 terdapat 75 Kelompok Tani yang menerima Budidaya Padi Inbrida Sawah, dengan rincian Kecamatan Weliman, 6.050 Kg untuk luas lahan 242 Ha, Malaka Tengah 4.000 Kg untuk 160 Ha, Malaka Barat, 5.925 Kg untuk 237 Ha, Kobalima, 500 Kg untuk 20 Ha dan Io Kufeu, 2.275 Kg untuk 91 Ha.

Bahkan pada tahun 2022, Pemkab Malaka telah menyalurkan bantuan pupuk dan isektisida kepada para kompok penerima antaranya. Kecamatan Weliman, 83 Poktan dengan rincian Pupuk NPK 94.100 Kg dan Urea 47.050 serta 941 liter insektisida. Kecamatan Malaka Tengah, 104 Poktan dengan rincian Pupuk NPK 130.400 Kg dan Urea 65.000 serta 1.034 liter insektisida. Kecamatan Malaka Barat 48 Poktan dengan rincian Pupuk NPK 61.600 Kg dan Urea 30.800 serta 616 liter insektisida.

Baca Juga :  18 Warga Malaka Dinyatakan Negatif Covid-19

Selanjutnya Kecamatan Kobalima, 29 Poktan dengan rincian Pupuk NPK 34.300 Kg dan Urea 17.150 serta 343. Kecamatan Laenmanen, 18 Poktan dengan rincian Pupuk NPK 19.100 Kg dan Urea 9.500 serta 191 liter insektisida. Serta Kecamatan Io Kufeu 9 Poktan dengan rincian Pupuk NPK 10.500 Kg dan Urea 5.250 serta 105 liter insektisida.

“Roman” Malaka Dalam Khasana Budaya

Malaka selalu dikenal sebagai daerah yang berbudaya. Budaya Malaka wajib menjadi hal penting sebagai jembatan dalam membangun relasi sosial dalam masyarakat. Bupati Simon Nahak sebagai sosok yang lahir dari tradisi adat yang kental paham akan hal ini.

Dalam program SAKTI miliknya, adat istiadat dan budaya menjadi salah satu program yang wajib direalisasi. Menciptakan suasana yang harmonis dalam masyarakat dengan pendekatan budaya, merupakan formula yang apik dalam membangun kultur sosial kemasyarakatan.

Dirinya bersama istri kerap berperan aktif dalam setiap pagelaran dan acara adat. Ibarat kata, hanya sakit dan sedang berada di liar Malaka yang membuat Bupati Simon Nahak absen menghadiri undangan kegiatan ritual adat dan budaya dari masyarakat.

Bahkan untuk proses legal formal dari eksekusi program terkait adat istiadat, Bupati Simon Nahak yang juga pakar hukum bergelar doktor ini, mengeluarkan Perbup Nomor 21 tahun 2021, Tentanang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa. Tujuannya agar semua bisa terkoordinasi dengan baik, sehingga tidak ada gesekan horizontal dalam struktur dan tatanan adat yang di Malaka.

  • Bagikan