ads

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Disaat Marthen Dira Tome Dandani Sabu Menjadi Seksi

  • Bagikan

KUPANG,fokusnusatenggara.com- Banyak daerah di Nusa Tenggara Timur (NTT), yang saat ini mulai iri dengan kemajuan Kabupaten Sabu Raijua. Bagiamana tidak, baru delapan tahun menjadi daerah otonomi baru, Kabupaten yang memiliki dua pulau besar tersebut (Sabu dan Raijua), bergeliat dalam pembangunan. Hasilnya, Sabu Raijua diprediksi akan menjadi daerah yang mandiri dalam struktur pembangunan ekonomi 10 tahun yang akan datang.

MatadeIbarat wanita cantik, di tangan Marthen Dira Tome, Bupati Sabu Raijua,  daerah ini didandani sedemikian rupa menjadi sosok wanita seksi, yang mengundang semua pelaku bisnis untuk datang dan menikmati potensi alam, yang dapat dimanfaatkan menjadi sesuatu yang benilai ekonomis tinggi.

Dulu sebelum menjadi daerah otonomi baru, ‘keperawanan’ Sabu Raijua,  kurang dilirik untuk dikembangkan menjadi sebuah daerah yang ‘seksi’.  Sabu hanya dikenal sebagai bagian dari daerah administratif Kabupaten Kupang –NTT saat itu, selebihnya tidak.

Bicara soal potensi pariwisata, destiniasi budaya dan megalitik, tentu sebagai masyarakat NTT kita harus arahkan kiblat sekarang ini menuju Sabu Raijua. Kelleba Maja misalnya, destinasi megalitik yang menyuguhkan pemandangan bebatuan alam, memiliki kisah sejarah panjang.

Baca Juga :  Tempat Prostitusi Paling Terkenal Di Dunia

Kelleba Maja, yang terletak di Kecamatan Liae, dianggap masyarakat sebagai daerah yang bertuan. Gugusan pilar berbatu merah marun, yang terlihat cantik akibat erosi alam, bagi masyarakatnya dianggap sebagai daerah yang sakaral. Sebab disitu, bisasanya dalam setahun sekali mesayarakat melakukan ritual adat, sebagai bentuk penghormatan terhadap Dewa Maja, yang diyakini sebagai dewa pembawa kesuburan bagi masyarakat setempat.

“ Kelleba Maja sampai saat ini tetap digunakan masyarakat Sabu Raijua untuk lakukan upacara adat. Bahkan masyarakat meyakini, Kelleba Maja memiliki kisah sejarah panjang dengan Maha Pati Gaja Mada, selaku penguasa Majapahit dalam era kerajaan nusantara,” ungkap Marthen Dira Tome, Bupati Sabu Raijua, kepada puluhan Wartawan Media Online, yang melakukan kunjungan ke Sabu Raijua pada 17 Agustus 2016.

Selain Kelleba Maja, di Sabu Raijua, anda bisa temukan destinasi lain seperti, Gua Liemadira di Seba, Pantai Napae di Kecamatan Sabu Barat, Pantai Bollow di Sabu Timur, Kampung adat Namata, bahkan Istana Teni Hawu.

 

Ditangan MDT Sabu Miliki 2 Pabrik Olahan Hasil Laut

Untuk ukuran usia, Sabu Raijua memang masih belia. Tapi soal inovasi, sabar dulu. Kalau ada pepatah “ Belajarlah Sampai Negeri Cina”,  maka kita harus katakan apabila ingin mengolah potensi laut “Belajarlah di Sabu Raijua”.

Baca Juga :  Marthen Dira Tome Menang Lawan KPK

Nusa Tenggara Timur yang merupakan provinsi kepulauan, diharapkan semangat dan konsep pembangunan ekonomi harus berbasis laut. Banyak yang bisa diexplore di laut, ketimbang kita harus sibuk dengan mengembalikan semangat provinsi ternak, dan mengejar ketahanan pagan. Ketahanan pangan memang penting, tapi tidak salah juga apabila kita mencoba hal baru dari laut.

Marthen Dira Tome mampu membaca peluang itu. Laut diexplore secara sporadis, dengan mengembangan seluruh potensi yang ada. Dalam kepemimpinan Dira Tome, Sabu kini memiliki 2 pabrik besar pengelolaan hasil laut yakni,  Pabrik Garam Nataga dan Pabrik Pengelolaan Rumput Laut.

Untuk pabrik garam Nataga, saat ini sudah merambah pangsa pasar nasional.  Bahkan beberapa daerah besar di Indonesia seperti Surabaya, Makasar, Pontianak, Ambon dan Jayapura, Garam Nataga bisa anda nikmati disana.

Menurut Dira Tome, seperti yang dikutip dari tempo.co, dalam acara pengiriman perdana Garam Nataga ke Surabaya dirinya mengatakan,  Indonesia, khususnya Sabu Raijua, mempunyai potensi garam yang sangat luar biasa. Karena itu, dia mempertanyakan kebijakan pemerintah yang masih mengimpor garam dari India dan Cina untuk memenuhi kebutuhan garam nasional. Indonesia masih defisit garam sebanyak 2,6 juta ton per tahun. “Di Sabu ada garam yang tidak kalah dengan garam impor,” katanya.

Baca Juga :  Trend Meningkat, Bank NTT Waingapu Tambah Modal Pemerintah

Dia meyakini produksi Garam Nataga ini mampu memenuhi kebutuhan garam di Indonesia. Karena itu, dia berharap masyarakat bisa terus mengembangkan potensi garam ini walaupun diakuinya garam Sabu baru dilirik oleh investor nasional.

Untuk pabrik pengolahan rumput laut, Sabu Raijua mendapat pujian dari Gubernur NTT, Frans Leburaya. Bahkan dalam acara peresmian yang dilakukan pada 13 Agustus 2016 lalu, Leburaya secara terbuka memberi apresiasi kepada Marthen Dira Tome.

“Sabu Raijua telah menunjukkan diri bisa dan mampu melakukan berbagai inovasi dan terobosan-terobosan baru yang kadang sering dianggap sebelah mata oleh orang lain. Saya selalu tekankan pada para Kadis supaya jangan takut untuk melakukan terobosan -terobosan sehingga bisa menciptakan peluang baru,” kata Lebu Raya. Seperti yang dikutip dari seputar-ntt.com.

  • Bagikan