ads

Scroll Ke bawah untuk melanjutkan

Siapa Dalang Dibalik Skandal Pembelian MTN Bank NTT ?

Reporter : FATUREditor: ADMIN
  • Bagikan

Namun di dalam persetujuan/disposisi Kepala Divisi Treasury tidak diputuskan MTN seri C atau D. Hanya disposisi menyetujui sesuai rekomendasi, dan tidak menyebutkan MTN seri C atau D.

Kemudian dilakukan Trade Confirmation dari MNC Securitas tanggal 14 Maret 2018, tertulis MNC VI SNP Tahap I Tahun 2018 Seri D, Nominal Rp 50 miliar jangka waktu 24 bulan, Maturity Date: 23 Maret 2020, Kupon 10,50%, yang ditandatangani oleh PT MNC Securitas dan Kepala Divisi Treasury.

Kelima; Pefindo telah menurunkan peringkat SNP Finance menjadi id SD/selective default
tanggal 8 Mei 2018. Selanjutnya Pefindo menarik peringkat SNP Finance tanggal 28 Mei 2018. Sedangkan OJK telah membekukan kegiatan usaha PT SNP tanggal 18 Mei 2018.

Pendapatan kupon MTN pertama yang semestinya diterima PT Bank NTT pada tanggal 22 Juni 2018 (bunga dibayarkan setiap 3 bulan), mengalami penundaan pembayaran bunga.

Dari hasil wawancara dan klarifikasi antara BPK RI Perwakilan NTT dan Pihak Bank NTT, seharusnya kitab isa berkesimpulan bahwa pembelian MTN PT. SNP gagal secara bisnis yang merugikan bank sebesar Rp. 50 Milliar. Menjadi pertanyaan, siapa yang bertanggung jawab atas hal ini? Tentu orang yang paling dan harus bertanggung jawab atas hal tersebut adalah Dirut Bank NTT pada waktu kejadian itu berlangsung serta  Mantan Kepala Divisi Treasury, Alex Riwu Kaho yang menjadi Dirut Bank NTT saat ini.

Baca Juga :  Amos Corputy, Mantan Dirut Bank NTT : Ada Yang Tidak Layak jadi Calon Direksi Bank NTT

Persoalan yang sudah ditangani oleh pihak Kejasaan NTT ini seolah mandek tanpa adanya perkembangan baik atas kasus ini. Pihak Kejaksaan NTT seolah kehilangan “Taji” dalam penanganan kasus ini.

Bahkan menurut Gabriel Goa, Ketua Koalisi Masyarakat Pemberantasan Korupsi Indonesia (Kompak), pihak Kejasaan NTT bisa menggunakan LHP BPK RI sebagai pintu masuk membongkar skandal ini. Seperti dikutip dari www.realitarakyat.com  link [https://www.realitarakyat.com/2021/12/lhp-bpk-pintu-masuk-jaksa-tetapkan-tersangka-kasus-bank-ntt-rp-50-miliar/], dirinya mangatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan  BPK RI, pembelian MTN PT SNP berpotensi merugikan PT Bank NTT sebesar Rp50 Milliar dan potensi pendapatan yang hilang atas coupon ratye senilai Rp.10 Milliar.

Baca Juga :  Program Raskin Gratis Di Belu Disetujui DPRD

“Dengan demikian kami mendesak Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur agar transparan dan tidak boleh main mata apalagi masuk angin dalam menangani skandal MTN Bank NTT,” tegasnya.

Kejaksaan NTT sebagai Lembaga hukum yang menyelidiki kasus ini, belum menunjukan perkembangan siginifikan. Terkesan mandek bahkan sampai penghujung tahun 2021, kasus ini terkesan jalan di tempat. Masyarakat yang geram dengan kinerja Kejaksaan Tinggi NTT, selama sebulan terakhir melakukan aksi demonstrasi. Bukan saja di Kupang, tetapi aksi massa juga dilakukan di Jakarta dengan mendatangi Kantor Kejagung dan KPK RI, guna menyampaikan aspirasi atas penanganan kasus ini.

Rudi Margono, Mantan Wakajati NTT, yang getol menangani kasus ini, sudah dimutasi beberapa waktu lalu ke Kejaksaan Tinggi DI Jogjakarta. Namun menurut penegasan Kasie Penkum Kejati NTT, Abdul Hakim, Tim Penyidik Kejati NTT tetap serius tangani kasus ini, bahkan tidak terpengaruh atas dimutasinya jaksa Margono.

Baca Juga :  Sespim Pejabat Bank NTT Diduga Sarat Kepentingan

Kejaksaan NTT jangan ‘Patah Arang” atau terlihat lemah dalam kasus ini. Kasus Pembelian MTN PT SNP ini bukan saja terjadi pada Bank NTT. Bank Sumut, juga mengalami nasib yang sama. Dimana kasusnya sama dengan Bank NTT, bedanya kalau di NTT hanya Rp. 50 Milliar, sedangkan di Bank Sumut senilai Rp. 202 Milliar.

Bahkan para pejabat di Bank Sumut yang terkait kasus ini sudah divonis hukuman penjara selama 10 tahun, sedangan di NTT proses ini masih berjalan. Seharusnya kasus yang terjadi pada bank Sumut dengan adanya putusan pengadilan yang sah, bisa menjadi Yurisprudensi baru bagi pihak Kejati NTT dalam menetukan siapa tersangka dan segera naikan proses ini ke pengadilan. ****

Oleh : Jeffry Taolin, Pemimpin Redaksi www.fokusnsuatenggara.com

 

 

 

 

 

  • Bagikan